Rabu, 30 Mei 2018

Si'ar Itu Akan Tetap Abadi

Si'ar itu Akan Tetap Abadi

Entah apa yang terlintas dalam benak , seakan tak percaya, aku mendapat deringan telepon dan mendapatkan kabar bahwa Masjid Raya Salimpauang diteror bom pagi Kamis itu.

Semua mata terbulalak, bisik di ranah maupun di rantau, foto-foto kerumunan warga entah itu warga asli atau warga tetangga datang menyaksikan kebenaran teror yang diduga bom tersebut.

Tentunya semua panik, phobia teroris semakin kuat, kekhawatiran semakin memuncak, dan tak khayal rasa penasaranpun kian menumpuk, mencari tahu apa yang terjadi. Masjid kebanggan yang ku kenal itu diguncang oleh manusia yang sungguh tiada jiwa beradap untuk hidup di peradaban yang dijunjung tinggi.

Semuanyapun bersyukur, perlahan keresahan dan khawatiran itu terjawab sudah, polisi yang menangani langsung mampu meredam kondisi yang ada dan tentunya memasang garis pembatas disekitar untuk memberikan keamanan bagi semua yang menyaksikan.

Beruntung benda berbungkus lakban hitam dengan kabel-kabel itu bukanlah bom dan hanya bermaksud untuk sekedar sebuah teror yang intinya memberikan rasa takut dan setidaknya itulah klarifikasi dari kepolisian yang menangani hal tersebut.

Tentunya, apa yang terjadi di kampung ku itu menjadi konsumsi publik, dan bahkan dengan cepat tersiar dalam headline berita utama baik media online maupun media masa.

Namun terlepas dari hal itu semua, sebagai seorang yang pernah besar dan dipautkan hati untuk mencintai Masjid, ya tentunya masjid kebanggaan semua itu, dimana menara tinggi menjulang ke langit biru, Masjid Raya Salimpauang begitu ia di sebut. Sontak hati dan jiwa ini bergeming dan merenung sejenak tentang teror yang sempat membuat membuat kekacauan sosial di tanah ibuku itu.

Sebagai orang yang pernah dibesarkan dan didik dengan tatanan peradaban adat dan syariat di negeri nan sejuk di lereng Marapi. setidaknya bagiku menjadi tanda tanya besar, Kenapa bisa terjadi, kenapa di tempat ku, kenapa di Masjid kebangganku, kenapa???

Ah, tentu untuk kongrit jawabannya, hanya hadir disisi mereka yang telah berbuat teror memiliki jawaban pasti. Dan akupun tak ingin berlama berteka teki dengan ini semua. Karena aku yakin ini hanya upaya menakuti belaka.

Namun, yang aku tahu dan ku pastikan, masjid ini kebanggan, masjid ini Si'ar keabadian, masjid ini selalu ramai dan aktifitas ibadah tiada hentinya. Begitu juga soal pendidikan agama di Masjid ini semua bersumber. Dan hampir setiap generasi tentunya pernah menikmati masa indahnya sebagai generasi yang dipautkan hatinya di masjid seperti yang pernahku rasakan.

Sebagai orang yang mengamalkan pituah marantau bujang dahulu, babuah babungo balun. Rindu akan negeriku tak pernah bisa dielakkan begitu juga dengan Masjid kebanggan apalagi teror yang tengah menerpanya.

Masjid Raya, masjid besar bukan hanya dalam bentuk fisik bangunannya, tapi juga soal pendidikan agama yang lahir disini bagi seluruh kalangan usia, kecil, besar, tua, muda, kaya, miskin dan seluruh elemen yang ada.

Bagaimanapun aku bangga, aku pernah besar dan didik di sini, dan sampai saat ini masjid ku inilah gerak yang mendorong spirit warganya mendirikan pendidikan sekolah yang saat ini selalu diidamkan menjadi sekolah Negeri, ya itulah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Salimpaung.

Dari Masjid inilah MAS dilahirkan. Aku tahu Masjid inilah yang menjadi motor penggerak Pendidikan berbasis Sekolah yang dana operasionalnya berasal dari umat dan sumbangan-sumbangan masyarakat. Dan bahkan aku sampai saat ini tak menemukan hal yang sama dilakukan di masjid-masjid lain.

Sudah lebih dari 18 tahun perjuangan untuk menjadikan sekolah itu berubah menjadi sekolah berstatus negeri. Sekolah yang mampu menopang ekonomi pendidikan untuk mencapai cita-cita anak negeriku. Nyatanya hingga saat ini sudah banyak siswa di telurkan di sekolah ini.

Semangat untuk membangun Nagari dan cinta kampuang sendiri selalu disuarakan untuk mewujudkan rinduan mewujudkan harapan besar itu. Dan aku sungguh percaya mimpi itu akan terwujud. Karena aku yakin gerak yang dilakukan oleh umat yang bersentral dari Masjid akan berbuah manis suatu saat nanti. Apakah itu dalam waktu dekat maupun dalam beberapa waktu ke depan. Bahwa MAS Salimpauang akan menjadi sekolah Negeri.

Dan tentunya aku masih akan tetap percaya, terpaan teror bom yang terjadi di Masjid ku ini, sejatinya menjadi semangat bersama untuk terus menyiarkan islam, menyiarkan pendidikan islam, menanamkan semangat untuk terus mencintai masjid oleh penduduk negeri Salimpauang tentunya.

Karena aku percaya bahwa masjid yang didirikan atas landasan takwa adalah tempat sebaik-baik berlindung bagi orang yang ingin membersihkan diri.

Aku yakin Masjidku akan terus bersinar dan menggema seperti halnya azan yang selalu menyeru seluruh penjuru langit Negeri, walau pernah menjadi sorotan akan adanya teror bom itu.

Karena bagaimanapun secuilpun aku tidak pernah yakin, bahwa teror itu akan membuat semangat masyarakatku buncah untuk tidak menyiarkan Masjid ini. Dan tentunya aku berharap, Semoga negeriku Salimpauang ku dan juga Masjid ku ini menjadi Baldatu thoibatun warobbun ghafur. (Negeri yang subur, makmur, adil dan aman) aamiin ya Rabbalalamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan Klarifikasi : Kakanwil Kemenkum dan Ham Sumbar, Dwi Prasetyo Santoso (Tengah) di dampin...