Selasa, 22 Mei 2018

H. Mukhlis SMIQ, 37 Tahun Ssebagai Pembina Tahfiz di Stai-PIQ Padang

Yakini Sebaik-Baik Manusia adalah Yang Bermanfaat Bagi Manusia Lain

Tidak banyak orang yang terlahir sepertinya, lebih dari 37 tahun mengabdikan diri sebagai guru pembina dan pembimbing Tahfiz Quran di STAI-PIQ Padang.Sudah ribuan Hafizh yang telah dibimbing dan dilahirkannya. Baginya ia hanya ingin menjadikan diri manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, siapa dia?

Suasana siang kemarin (17/5) memang terasa sunyi, tidak ada terlihat aktifitas perkulihan seperti biasanya. Begitu juga hilir mudik mahasiswa yang hari-harinya didedikasikan untuk menghafal Alquran. Memang suasana kemarin adalah awal Ramadhan sehingga aktifitas kampus tidak begitu mencolok.

Begitu juga bagi Muklis, sebagai pembina  asrama ia tetap setia tinggal di bangunan yang menyatu dengan kampus STAI-PIQ itu. Maklum sebagai pembina ia juga tinggal di bangunan dua tingkat itu bersama anak dan istrinya. Ia adalah pembimbing untuk mahasiswa memurojaah (mengulang hafalan).

Kepada Padang Ekpres yang datang menghampirinya, Buya-begitulah ia dipanggil menyambut dengan penuh kehangatan dan menceritakan tentang aktifitasnya. Meski demikian  di balik ruangan lainnya sayup-sayup terdengar lantunan bacaan Quran yang dibacakan istri Buya Mukhlis.

Disebutkan Buya, untuk menjadi Hafizh Quran bukan hanya dibutuhkan kemauan yang keras namun juga dedikasikan diri untuk terus mengulang hapalan setiap harinya.

"Ya mengulang hafalan itu memang harus setiap hari, terutama bacaan-bacaan yang masih ragu, menghafal Quran ini bisa dengan mudah. Namun untuk memiliharanya itu yang sangat penting," ucap Buya yang mengaku hafal Quran 30 Juz dalam rentan waktu tahun 1981-1986 itu.

Sebagai pengajar semenjak berdirinya IAQ (STAI-PIQ) saat ini, maka saat itulah ia terus mengapdikan diri sebagai pembina asrama dan pembina tahfiz Quran. Sudah ribuan hafizh yang telah dibimbingnya. Sebagai sebagai Zdekolah Quran kewajiban hafal harus menjadi keharusan untuk menamatkan pendidikan di kampus terdebut.

"Waktu baru disini (tahun1981) saya di samping belajar juga mengajarkannya, Alhamdulillah sampai saat ini masih terpelihara," ucap buya.

Diceritakannya, motivasi terbesar baginya sebagai penghafal Quran kala itu tidak lepas dari panutan (guru ngaji) yang memotifasinya, sehingga ia belajar dengan guru dan mampu menghafal Quran.

Oleh sebab itu, tidak dipungkirinya dengan bertahan hingga saat ini sebagai pembina asrama sebagai bentuk dedikasinya untuk belajar dan mengajarkan agama. Sebab ia meyakini bahwa mengajar Quran adalah sebaik-baik pengajaran dari pada ilmu-ilmu lain.

"Tiada waktu yang lebih baik kecuali membaca Quran, ini saya  yakini, dan juga anak- dan istri saya," ungkap Buya asal Parak Jigarang Padang itu.

Sementara itu, melihat perkembangan saat ini dan geliat kesadaran orangtua untuk menjadikan buah hatinya sebagai penghafal Quran. Diakui Buya Mukhlis mengalami perkembangan yang pesat. Karena hampir di sekolah yang ada baik di tingkat SD sampai SMA memilki program Tahfiz Quran dan begitu juga bermunculannya rumah-rumah Tahfiz.

"Perkembangan untuk menghafal Quran sangat bagus. Namun keluarga memiliki peran penting dalam mengulang hafalan anak, jangan hanya hafal namun kemudian tidak di ulang-ulang di rumah," ucapnya.

Menurutnya, untuk menjadikan anak yang cinta Quran dan menghafalkannya itu mesti di mulai dari orangtua sendiri.

"Anak itu butuh contoh, jadi jika memang ingin anak mampu menjadi penghafal Quran maka orangtua mestilah juga menjadi pihak yang dapat dipanuti dan memurojaah hafalan anaknya," sebut Buya kelahiran 10 September 1958 itu.

Dalam diri sang Buya berkeyakinan, bahwa segala perbuatan akan tercermin dari apa yang dipahami. Menghafal Quran menjadikan diri menjadi pribadi uang akan tetpelihara dari perbuatan yang di murkai Allah.

Di sebutkan buya, untuk menjadi penghafal Quran harus dilakulan dengan kesungguhan dan ketekunan untuk konsisten menghafal. Untuk menggulang dapat dilakulan dimana saja. Namun untuk menghafal Quraan itu akan sangat cepat ketika waktu penghujung malam atau menjelang waktu Shubuh.

"Mengulangnya bisa dimana saja asal dilakukan dengan sungguh-sungguh, semoga kita semua tetap menjadi pribadi yang terus mencintai dan menghafal Quran," harap suami dari Yusnimar itu. (Cr17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan Klarifikasi : Kakanwil Kemenkum dan Ham Sumbar, Dwi Prasetyo Santoso (Tengah) di dampin...