Sabtu, 12 Mei 2018

Elisa Gustiani, Sang Juara MQK Nasional di Jepara

Ikhtiyar dan Doa untuk Sebuah Perjuangan


Menjadi juara pertama di ajang Musabaqoh Qiraatil Kutub (MQK) Nasional merupakan prestasi yang tidak pernah dibayangkannya. Baginya itu merupakan raiihan yang mebuatnya selalu bersykur dan terus memotivasinya untuk terus belajar.

Ya itulah Elisa Gustiani, gadis ayu nan ramah dan komunikatif ini merupakan juara utama membaca kitab gundul cabang Tauhid marhalah ula di MKQ Nasional ke VI tahun 2017 utusan Sumbar di Balekambang Jepara Jawa Tengah akhir tahun lalu.

Pencaian itu bukanlah hal yang mudah, apalagi Ica-begitulah ia di panggil telah melewati serangkian proses panjang seleksi baik ditingkat sekolahnya di Ponpes Sumatera Thawalib Parabek Agam, lomba ditingkat Kabupaten, tingkat Provinsi Sumbar hingga menjadi utusan kafilah Sumbar untuk tingkat nasional hingga ia mampu mengalahkan lawannya di ajang kebanggan santri pesantren itu.

"Alahmdullah, Ica tidah pernah menduga akan menjadi juara, bahagia, haru dan semuanya bercampur, tentunya rasa syukur kepada Allah," kenang Ica saat dihubungi Padang Ekspres, kemarin (12/5).

Bagi gadis kelas 3 di Sumatera Thawalib itu, ia sama sekali tidak pernah menduga akan menjadi utusan. Apalagi cabang yang diikutinya itu sangat berat baginya. Namun dengan kegigihan, dukungan dan semangat orang-orang disekitarnya sehingga ia mampu meraihnya.

Pencapiannya menuju Nasional itu di mulai ketika di minta ustadnya di pesantren untuk ikut lomba MQK Kabupaten. Ia berlatih dengan  terus belajar membaca kitab baik syair maupun syarah (penjelasan) dari kitab Tauhid itu.

"Awalnya memang tidak Ica yang diminta, karena umur Ica sudah melebihi untuk cabnag tingkat Ula. Namun kemudian ada revisi mur sehingga Ica bisa ikut, ia belajar dan memahami kitab tauhid itu bersama pembimbing, dan alhamdulillah Ica mendapat juara 1 tingkat pesantren se kabupaten Agam," tuturnya.

Keberhasilannya menjuarai di tingkat Kabupaten itu otomatis menjadikan gadis bungsu dari dua saudara itu menjadi peserta di MQK di tingkat Provinsi Sumbar yang digelar di Kota Padang Agustus 2017 itu.

Kebrhasilannya di tingkat provinsi itu memang hal yang tak terbayangkan baginya, apalagi jelang mengkuti lomba itu ia menyaksikan peserta lain dan ketika itu ia tersadar bahwa yang dibacakan peserta itu dalam lomba merupakan pembelajaran yang belum pernah ia pelajari.

"Ica menangis karena yang Ica pahami justru membaca syair dan itu yang Ica pelajari, namun peserta itu mebacakan syarah kitab. Karena Ica menangis itu pemimbing menengkan Ica dan meminta penjelasan kepada juri kala itu, sehingga diputuskan boleh memilih syair atau syarah," sebut gadis murah senyuk kelahiran 2 Agustus 2003 itu.

Hatinya semakin tak menentu kala juri mengumumkan kejuaran di cabang tauhid tingkat provinsi itu. Ia hanya bisa bersyukur dan menagis bahagia bahwa ia menjadi juara tingkat provinsi sehingga berhak untuk melangkah di ajang MKQ Nasional.

"Ia memberitahu Ibu di rumah Ica juara, semua bahagia," sebut rang Sungai Tanang Banuhampu Kabupaten Agam itu.

Tantangan semakin berat, apalagi Ica dinobatkan sebagai perwakilan Sumbar untuk cabang Tauhid Ula di ajang Nasional. Beban berat dan semangat yang kuat harus dilakukannya. Ia terus belajar dan belajar.

Apalagi untuk melangkah untuk perlombaan nasional itu, merupakan pengalaman pertamanya.

Di perlombaan nasional, sebelum melangkah ke partai final, terlebih dahulu Ica asuk babak penyisihan yang dikuti 35 peserta utusan tiap-tiap provinsi di Indonesia.

"Babak penyisihannya selama dua hari, kepada pembimbing Ica diberitahu bahwa Ica lolos ke Final, tentunya ini sangat berat. Namun Ica yakin usaha  dan doa adalah hal yang mesti Ica lakukan, sehingga akhirnya pada babak final Ica mampu meraih nilai tertinggi dari 6 peserta yang lolos ke final," sebut putri pasangan Devi Noianti dan Asnurdi itu.

Dari apa yang telah dilaluinya itu, Ica yakin bahwa dalam setiap usaha dan doa adalah hal mesti dilakukan. sementara terkait hasil merupakan kehendak dari Tuhan.

"Setiap perjuangan itu tentunya memaksa kita harus bekerja keras dan terkadang kegagagaln, tapi Ica yakin dengan semangat dan doa kita mampu untuk bangkit, sehingga mampu membuat bangga orang yang kita cintai dan Ica meyakini hal itu," cetusnya.


Kedepan Ica berharap ia akan terus belajar untuk meraih prestasi terbaik dan mampu membuat orangtuanya bangga. apalagi dengan besik keilmuan agama islam yang diajarkan di Pondok Pesantren menjadi bekalnya untuk mengharungi perjalanan hidup di masa akan datang.

"Ica bangga menjadi anak pesantren, dan ingin membanggakan semua orang, semoga saja Allah meridhai dan meujudkan mimpi-mimpi ica dimasa akan datang," harap gadis nan ramah senyum itu.
khairian



Nama  : Elisa Gustiani
TTL : Jambi, 2 Agustus 2003
Alamat : Sei. Tanang Agam
Orangtua : Devi Novianti dan Asnurdi
Anak kedua dari dua bersaudara
Sekolah :
TK Darul Hikmah Jambu Air  Tahun 2008
SDN 19 Sei. Tanang Tahun 2009
MTsS Ponpes Sumatera Thawalib Parabek 2015 hingga sekarang

Prestasi :
Juara 1 MKQ Nasional Cabang Tauhid Marhalah Ula di Jepara Jawa Tengah tahun 2017
Juara 1 MQK Tingkat Provinsi Sumbar di Padang Tahun 2017
Juara 1 MQK Tingkat Kabupaten Agam di Ponpes Sumatera Thawalib Agam Tahun 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan

Yusafni Didapati Keluar Rutan Tanpa Pengawalan Klarifikasi : Kakanwil Kemenkum dan Ham Sumbar, Dwi Prasetyo Santoso (Tengah) di dampin...